Analysis

Evolusi SMB di Asia Pasifik

Analysis

Evolusi SMB di Asia Pasifik



Evolusi SMB

Selama beberapa dekade terakhir, negara-negara di seluruh dunia menunjukkan sikap ekonomi baru terhadap Perusahaan Kecil dan Menengah (SMB), kontribusi mereka diakui terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Akibatnya, brand yang lebih kecil mengambil porsi yang terus berkembang, menunjukkan pertumbuhan yang konsisten di semua wilayah.

Ketika banyak negara membuat langkah besar seperti pendanaan untuk start-up, konsumen juga menunjukkan pergeseran sikap terhadap brand-brand tersebut.

Definisi resmi SMB biasanya berpusat pada jumlah karyawan, total pendapatan, dan kontribusi terhadap PDB—tetapi bagaimana konsumen sendiri mendefinisikannya?

Menurut data responden global dari NielsenIQ, ciri-ciri utama brand kecil adalah cenderung “lokal” (33%), “independen” (31%), dan “tidak dikenal” (27%). Di sisi lain, menurut 46% responden survei, brand besar dipandang sebagai “sangat populer, dapat dikenali, atau terkenal di dunia”.

Perbedaan ini membentuk fondasi yang menarik mengenai persepsi brand, di mana perusahaan kecil dan menengah dapat berusaha untuk menciptakan permintaan pasar dan dan menjadikan faktor brand yang baru, berbeda, dan lokal sebagai kekuatan untuk mengundang ketertarikan konsumen.


Sekilas tentang SMB di Asia Pasifik

Dalam hal pertumbuhan, kawasan Asia Pasifik paling memberikan pengaruh paling besar, meskipun masih lebih lambat daripada area lainnya. Jika ditilik lebih rinci, terlihat tumpang tindih pada pendorong pertumbuhan dan kecepatan pertumbuhan. Negara yang harus dicermati saat ini adalah Indonesia, yang menunjukkan pertumbuhan 24,4% pada akhir Q1 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.


Konsumen juga berevolusi menuju brand yang lebih kecil

Pandemi telah menggeser dinamika perilaku pembelian konsumen dengan lebih dari satu cara, dan preferensi terhadap brand yang lebih kecil (dibandingkan dengan brand terkenal dan populer) adalah salah satunya.

Studi global NielsenIQ, the 2022 Brand Balancing Act*, menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden di Asia Pasifik (58%) telah mulai membeli lebih banyak variasi brand di berbagai kategori daripada sebelum COVID-19. Peringkat tertinggi pada sentimen itu adalah Cina di 67%, diikuti oleh India di 63%.

Penting juga untuk dicatat bahwa di China dan India, masing-masing 61% dan 60% responden mengklaim bahwa mereka berencana untuk lebih sering membeli brand yang lebih kecil di masa depan. Ini menunjukkan bahwa mereka merasa brand-brand ini lebih cocok dengan kebutuhan mereka.

Di Indonesia, 58% responden mengatakan mereka lebih suka membeli produk buatan lokal dari usaha kecil di daerah mereka.

Arah pembelian ini kemungkinan dipengaruhi oleh dua faktor: — persepsi keaslian produk, dan harga.

Dalam hal penetapan harga, bukan rahasia lagi bahwa inflasi telah menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian di seluruh dunia. Di India dan Indonesia, 63% konsumen setuju bahwa brand kecil biasanya lebih murah atau lebih hemat biaya, sementara di Cina 69%.


Apa selanjutnya untuk SMB?

Indikator pasar dan konsumen menunjukkan tanda-tanda fakta yang tak terbantahkan: masa depan adalah milik SMB

Ada tiga pilar kesuksesan bagi Anda sebagai pemilik perusahaan kecil:

  • Ajak orang lain untuk mempercayai visi Anda dengan menonjolkan potensi dan peluang pertumbuhan
  • Pahami konsumen Anda
  • Tetap gesit dengan perubahan pasar

Sangat penting bagi pengusaha dan pembuat keputusan utama bagi perusahaan kecil untuk tetap terhubung dengan informasi yang paling akurat dan terkini. Pastikan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar Anda selalu dapat mengikuti perubahan lanskap SMB.

Penuhi pertumbuhan Anda

Hubungi tim usaha kecil dan menengah kami yang berdedikasi untuk melihat bagaimana bisnis Anda dapat mengakses data pasar, kategori, dan saluran.


* Studi global NielsenIQ, the 2022 Brand Balancing Act, menyoroti aspek inti pilihan merek dengan fokus khusus pada bagaimana konsumen memandang dan memprioritaskan merek yang lebih kecil. Hasil investigasi data global ini telah membentuk tulang punggung dari sebuah kerangka kerja yang sederhana dan penting untuk memandu strategi usaha kecil dan menengah pada tahun 2022 dan seterusnya.